Home » » PURA ( TEMPLE )

PURA ( TEMPLE )

Pura Besakih
(Besakih Temple Area)
Kabupaten/Kota : Karangasem

Komplek Pura Besakih terdiri dari 18 Pura dan 1 Pura Utama. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih. maka Pura Penataran Agung ini adalah yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di Besakih. Dimana terdapat 3 arca utama Tri Murti Brahma, Wisnu dan Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur.

Pura Goa Gajah (Elephant Cave Temple)
Kabupaten/Kota : Gianyar
Pura goa Gajah terletak di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar. Jaraknya dari Denpasar Kurang lebih 26 Km, sangat mudah dicapai. Disana ada kios-kios kesenian dan Rumah makan. Pura ini di lingkupi oleh persawahan dengan keindahan ngarai sungai Petanu, berada pada jalur wisata Denpasar – Tampaksiring – Danau Batur – Kintamani. Disekitarnya terdapat tempat-tempat bersejarah seperti Yeh Pulu, Samuan Tiga, Gedung Arca, Arjuna Metapa, Kebo Edan, Pusering Jagat, Penataran Sasih dan lain-lain. Namun Goa Gajah belum diketahui asal usulnya secara pasti. Nama ini perpaduan nama Pura Guwa (sebutan masyarakat setempat) dengan nama kuna yang termuat dalam prasasti-prasasti yakni Ergajah dan Lwa Gajah. Nama-nama Anta Kunjarapada dan Ratna Kunjarapada itu dari akhir abad kesepuluh sampai akhir abad ke Empat belas ( Negara Kertagama ). Kekunaan ini didukung oleh Peninggalan Purbakala. Di pelataran Pura Goa Gajah terdapat Petirtaan Kuna 12 x 23 M2, terbagi atas tiga bilik. Dibilik utara terdapat tiga buah Arca Pancuran dan di bilik Selatan ada Arca Pancuran pula, sedangkan di bilik tengah hanya terdapat apik arca. Lebih kurang 13 meter di sebelah utara Petirtaan terdapat Goa atau Ceruk Pertapaan berbentuk huruf T. Lorong Goa berukuran : lebar 2,75 M, tinggi 2,00 M. Dikiri kanan lorong terdapat ceruk-ceruk untuk bersemedi, jumlahnya 15 buah. Pada ceruk paling Timur terdapat Trilingga dan diujung Barat terdapat Arca Ganeca. Dihalaman Goa Pura Gajah diketemukan pula Fragmen bangunan yang belum bisa direkonstruksi. Tembok keliling menjadi penanggul tebing disebelah Barat pula ini. Lebih kurang 100M disebelah Selatan Petirtaan didapati sisa-sisa Percandian Tebing. Sebagian kaki candi itu masih ada bagian – bagian yang lain telah runtuh ke kaki yang ada didepannya. Sebuah Chatra berpayung 13 tergeletak ditepi kaki itu. Badan candi itu memakai hiasan yang sangat indah. Ada pula bagian Chatra bercabang tiga. Dua buah Arca Budha dengan sikap Dhynamudra diletakkan pada sebuah tahta berdekatan dengan ceruk yang hampir jebol. Berhadapan dengan percandian ini terdapat sebuah ceruk pertapaan pula. Didepan ceruk ini dibangun balai peristirahatan dan sebuah kolam.

Pura Kebo Edan
(Kebo Edan Temple)

Kabupaten/Kota : Gianyar

Di Lingkungan Pura Kebo Edan ini terdapat sebuah Arca Ciwa dalam bentuk Bhairawa menari, yang tingginya 360 cm. Bentuk Arca ini menari di atas mayat dengan hiasan ular, mukanya memakai kedok dan kemaluannya seperti bergoyang. Lingkungan Pura ini juga banyak dikunjungi wisatawan mancanegara maupun wisatawan Nusantara baik yang melakukan penelitian maupun yang hanya ingin melihat-lihat benda-benda peninggalan sejarah tersebut. Di tempat ini juga ditemukan kekunaan lain seperti Arca Raksasa dengan hiasan tengkorak serta beberapa buah arca lainnya bahkan ada yang sudah rusak.

Pura Mangening
(Mangening Temple)

Kabupaten/Kota : Gianyar

Di lingkungan pura ini terdapat Lingga-Yoni dan arca-arca kuno yang telah rusak, sehingga tidak dapat diketahui lagi dengan pasti. Disamping itu terdapat juga sisa-sisa bangunan kuno antara lain : bekas ambang pintu. Lingkungan Pura ini terletak tidak jauh di sebelah utara lingkungan Pura Gunung Kawi Tampak Siring, dan sebelah selatan jalan menuju ke lingkungan Pura Tirta Empul. Jarak dari kota Gianyar 15 km dan dari kota Denpasar 37 km. Tempat ini banyak juga dikunjungi oleh para wisatawan mancanegara melalui jalan setapak menuju lingkungan Pura Gunung Kawi ditepi sungai Pakerisan.
Berdasarkan hasil temuan bekas ambang pintu maka Suaka Sejarah dan Purbakala Bali mulai melakukan pengamatan di lapangan yang kemudian disusul dengan penggalian penyelamatan. Akhirnya usaha ini berhasil menemukan sisa-sisa sebuah bangunan kuno yang diduga berbentuk sebuah prasada, yang mungkin berasal dari jaman Anak Wungsu.

Pura Pagulingan
Kabupaten/Kota : Gianyar

Di lingkungan Pura Pegulingan ini terdapat sisa-sisa bangunan berupa sebuah stupa besar yang kakinya berbentuk segi delapan. Lokasi Lingkungan Pura Pegulingan terletak di Desa Basang Ambu Desa Manukaya Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar, tidak jauh di sebelah timur lingkungan Pura Tirta Empul Tampiksiring, serta dekat dengan jalan jurusan Kintamani. Lokasi ini juga ditempuh dari kota Gianyar akan mencapai 10 Km dan bila dari kota Denpasar jaraknya kurang lebih 38 Km.
Pemandangan di Lingkungan ini sangat indah dan Istana Presiden Tampaksiring juga kelihatan indah, serta tempatnyapun sangat strategis sehingga banyak wisatawan yang mengunjungi tempat ini.Lingkungan pura ini baru diketemukan kembali pada tahun 1983 berkat bantuan dari pamong desa setempat. Pengamatan dan penggalian penyelamatan yang dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bali berhasil menemukan sisa-sisa bangunan berupa stupa besar yang kakinya berbentuk segi delapan. Temuan lainnya yang sangat penting ialah sejumlah materi tanah liat yang memuat mantra Agama Budha.

Pura Perancak
(Perancak Temple)

Kabupaten/Kota : Negara

Lokasi Purancak kira-kira I0 km Barat Daya Desa Tegalcangkring, termasuk wilayah Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana. Dari Kota Denpasar menempuh jarak 96 km mengikuti jalan raya jurusan Denpasar-Gilimanuk. Purancak adalah bagian dari Selatan Bali Barat. Pada ujung barat Desa Purancak terdapat sebuah pura yang bernama pura Purancak. Pura menghadap ke arah barat dengan panorama sungai Purancak yang panjang dan lebar merupakan daya tarik yang kuat. Air sungai sangat tenang seperti kolam, dan di seberang sungai tampak perladangan yang ditumbuhi pohon-pohon pantai yang berjajar.Kurang lebih 250 meter di sebelah selatan Pura Purancak terbentang lautan yang membiru, dan di kejauhan seberang lautan tampak gugusan pulau Jawa bagian timur. Sementara di sebelah kanan muara sungai kelihatan rumah-rumah tradisional yang menjorok ke laut disertai dengan deretan pohon-pohon kelapa melambai-lambai karena tiupan angin laut. Suasana yang demikian merupakan panorama yang indah dan menarik.

Pura Pucaksari
(Pucaksari Temple)

Kabupaten/Kota : Bangli

Terletak di bukit Pulasari di desa Peninjoan, Pura Puncaksari dan desa sekelilingnya beriklim sejuk. Dari pura itu nampak pemandangan khas Bali sejauh pantai selatan Bali. Pada saat fajar menyingsing matahari terbit dari balik gunung Agung, di tengah-tengah pohon-pohon kuno yang tumbuh dekat pura itu sebelum fajar, terlihat dari kejauhan,hamparan dedaunan yang tampak murni dan tak tersentuh. Dari puncak bukit lihatlah betapa halaman rumah desa yang terpencar di lembah dan bukit melengkapi alam sekelilingnya, seolah-olah merupakan bagian dari semua ini.

Pura Rambutsiwi
(Rambutsiwi Temple)

Kabupaten/Kota : Negara

Rambutsiwi sebagai obyek wisata merupakan lingkungan suatu pura yang bernama Pura Rambutsiwi, dikelilingi sawah yang membentang luas dan berteras-teras, dan di sebelah selatannya terdapat gundukan tebing dan batu karang yang curam. Dari gundukan tebing ini tampak Samudra Indonesia yang selalu dihiasi oleh deburan ombak. Di sebelah barat daya lingkungan pura terdapat balai tempat istirahat untuk menikmati keindahan panorama laut yang cukup mengasikkan. Tidak jauh dari balai tempat istirahat tadi, di sebelah selatan pura terdapat undak-undak yang curam untuk jalan turun ke pantai. Di pinggir pantai pada tebing batu karang ada dua buah goa yang dianggap suci dan keramat. Suasana di tempat ini tenang sekali dan baik untuk menenangkan pikiran.
Rambutsiwi terletak di pinggir pantai selatan Pulau Bali bagian barat yang termasuk wilayah Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. Di sebelah utara lingkungan Pura, lebih kurang 200 meter terbentang jalan raya jurusan Denpasar-Gilimanuk, terdapat penyawangan lingkungan Pura Rambutsiwi. Di sini biasanya umat Hindu yang melintasi jalur perjalanan tersebut berhenti sejenak untuk menghaturkan sembah mohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Di sekitar lingkungan pura (terutama di sebelah timur dan barat) ada tempat-tempat istirahat untuk melepas lelah sementara sambil melihat-lihat keindahan alam disekitarnya. Disamping itu terdapat pula disana pameran lukisan maupun barang-barang souvenir lainnya yang dipajang setiap hari.
Rambutsiwi sering mendapat kunjungan para wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara. Waktu kunjungan yang paling baik adalah pada sore hari sebelum matahari terbenam. Umumnya wisatawan ramai berkunjung kesana pada hari-hari libur, hari raya dan hari piodalannya.

Pura Taman Ayun

(Taman Ayun Temple)
Kabupaten/Kota : Badung

Sebuah lingkungan pura kerajaan yag dibangun tahun 1634. Lingkungan Pura tersebut dikelilingi oleh kolam berisi teratai, kira-kira 300 meter sebelah istana kerajaan Mengwi. Lingkungan pura dengan tiga halaman yang hijau oleh tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumputan yang terpelihara, dihiasi oleh barisan meru, paibon dan Padmasana Singgasana Sang Hyang Tri Murti. Dan di seberang lingkungan pura juga terdapat Museum Manusa Yadnya , yaitu Museum upacara kemanusiaan sejak manusia dalam kandungan sampai dengan pembongkaran mayat.

Taman Ayun terletak di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Dari kota Denpasar jaraknya lebih kurang 18 km menuju arah barat laut mengikuti jalan jurusan Denpasar-Singaraja melalui Bedugul. Agar sampai di lokasi lingkungan Pura dengan menggunakan kendaraan bermotor memerlukan waktu perjalanan sekitar 25 menit. Kendaraan umum juga ramai lalu lalang dari pagi hingga sore hari, sehingga masalah transportasi tidak ada kesulitan. Di sebelah kiri dan kanan lingkungan Pura terdapat komplek perkampungan penduduk dengan rumah-rumah tradisonalnya, sementara di seberang jalan terdapat jeram-jeram dengan parit yang berliku-liku.

Pura Taman Ayun
(Taman Ayun Temple)

Kabupaten/Kota : Badung

Lokasi Taman Ayun terletak di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Jarak dari Kota Denpasar kurang lebih 18 km menuju arah barat laut mengikuti jalan jurusan Denpasar-Singaraja melalui Bedugul. Lingkungan Pura Taman Ayun ini adalah sebuah lingkungan Pura Kerajaan yang telah dibangun pada tahun 1634. Lingkungan Pura tersebut dikelilingi kolam yang berisi bunga teratai. Lingkungan Pura Taman Ayun ini terdiri dari tiga halaman yang ditumbuhi beberapa tumbuhan hijau dan rerumputan yang dipelihara dengan rapi, juga dihiasi barisan Meru, Paibon dan Padmasana Singgasana Sang Hyang Tri Murti.Di seberang Lingkungan Pura itu pun juga terdapat sebuah Museum Manusa Yadnya, yaitu museum upacara kemanusiaan sejak manusia dalam kandungan hingga sampai pada pembakaran mayat (Ngaben). Di sebelah kanan kiri lingkungan Pura diwarnai dengan keindahan komplek perkampungan penduduk/rumah-rumah tradisional, serta di seberang jalan terdapat jeram-jeram dengan parit yang berliku-liku.

Pura Tirta Empul Tampaksiring
(Tirta Empul Temple)

Kabupaten/Kota : Gianyar

Tampaksiring adalah nama dan sebuah desa yang terletak 36 km dari Denpasar. Pura Tirta Empul sebagai peninggalan Kerajaan di Bali, salah satu dari beberapa peninggalan purbakala yang menarik untuk disaksikan dan diketahui di desa ini. Disebelah Barat Pura tersebut pada ketinggian adalah Istana Presiden yang dibangun pada pemerintahan Presiden Soekarno. Mengenai nama pura ini kemungkinan besar diambil dari nama mata air yang terdapat didalam pura ini yang bernama Tirta Empul seperti yang telah disebutkan diatas. Secara etimologi bahwa Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah. Maka Tirta Empul artinya adalah air suci yang menyembur keluar dari tanah.
Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan. Sepanjang aliran sungai ini terdapat beberapa peninggalan purbakala. Pendirian pura ini diperkirakan pada tahun 960 A.D. pada jaman Raja Chandra Bhayasingha dari Dinasti Warmadewa. Seperti biasa pura – pura di Bali, pura ini dibagi atas Tiga bagian yang merupakan Jaba Pura ( HaLaman Muka ), Jaba Tengah ( Halaman Tengah) dan Jeroan ( Halaman Dalam ). Pada Jaba Tengah terdapat 2 (dua) buah kolam persegi empat panjang dan kolam tersebut mempunyai 30 buah pancuran yang berderet dari Timur ke Barat menghadap ke Selatan. Masing – masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri diantaranya pancuran Pengelukatan, Pebersihan, Sudamala dan Pancuran Cetik ( Racun ). Pancuran Cetik dan nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi yaitu pertempuran Mayadenawa Raja Batu Anyar ( Bedahulu ) dengan Bhatara Indra. Dalam mitologi itu diceritakan bahwa Raja Mayadenawa bersikap sewenang – wenang dan tidak mengijinkan rakyat untuk melaksanakan upacara – upacara keagamaan untuk mohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh Para Dewa, maka para dewa yang dikepalai oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa. Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri sampailah disebelah Utara Desa Tampak siring. Akibatnya kesaktiannya Mayadenawa menciptakan sebuah mata air Cetik ( Racun ) yang mengakibatkan banyaknya para laskar Bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut. Melihat hal ini Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya dan memancarkan air keluar dari tanah ( Tirta Empul ) dan air Suci ini dipakai memerciki para Dewa sehingga tidak beberapa lama bisa hidup lagi seperti sedia kala.

Puri Agung Karangasem
(Karangasem Palace)

Kabupaten/Kota : Karangasem

Puri ini dibangun pada akhir abad ke 19 oleh Anak Agung Gede Jelantik, raja Karangasem yang pertama. Daya tarik utama dari puri ini adalah arsitektur bangunannya merupakan perpaduan antara arsitektur Bali, China dan Eropa. Disamping itu terdapat pula candi-candi yang menjulang tinggi mencapai ketinggian 25 meter yang terbuat dari batu bata dan dihiasi cetakan motif wayang. Puri Agung Karangasem terletak di pusat kota Amlapura yang jaraknya 78 km dari kota Denpasar, atau 15 km dari obyek wisata Candidasa
Share this article :

0 komentar:

 
Copyright © 2011. SALING BERBAGI . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger